#navbar-iframe { display: none !important; } PANGKARAS: JANGAN DIBACA

Kamis, 08 April 2010

JANGAN DIBACA

Aku biasa dipanggil Adi dan usiaku sekarang 32 tahun. Aku sudah beristri dengan 1 anak usia 2 tahun. Kami bertiga hidup bahagia dalam arti-an kami bertiga saling menyayangi dan mencintai. Namun sebenarnya aku menyimpan rahasia terbesar dalam hidup berumahtangga, terutama rahasia terhadap istriku. Bermula pada saat beberapa tahun yang lalu, ketika aku masih berpacaran dengan istriku. Aku diperkenalkan kepada seluruh keluarga kandung dan keluarga besarnya. Dan dari sekian banyak keluarganya, ada satu yang menggelitik perasaan kelaki-lakianku; yaitu kakak perempuannya yang bernama Ema (sebut saja begitu). Ema dan aku seusia, dia lebih tua beberapa bulan saja, dia sudah menikah dengan suami yang super sibuk dan sudah dikaruniai 1 orang anak yang sudah duduk di sekolah dasar. Dengan tinggi badan 160 cm, berat badan kurang lebih 46 kg, berkulit putih bersih, memiliki rambut indah tebal dan hitam sebahu, matanya bening, dan memiliki suara agak cempreng tapi menurutku seksi, sangat menggodaku. Pada awalnya kami biasa-biasa saja, seperti misalnya pada saat aku menemani pacarku kerumahnya atau dia menemani pacarku kerumahku, kami hanya ngobrol seperlunya saja, tidak ada yang istimewa sampai setelah aku menikah 2 tahun kemudian dia menghadiahi kami (aku dan pacarku) dengan sebuah kamar di hotel berbintang dengan dia bersama anak tunggalnya ikut menginap di kamar sebelah kamarku.

Setelah menikah, frekuensi pertemuan aku dengan Ema jadi lebih sering, dan kami berdua lebih berani untuk ngobrol sambil diselingi canda-canda konyol. Pada suatu hari, aku dan istri beserta mertuaku berdatangan kerumahnya untuk weekend dirumahnya yang memang enak untuk ditinggali. Dengan bangunan megah berlantai dua, pekarangannya yang cukup luas dan ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hias, serta beberapa pohon rindang membuat mata segar bila memandang kehijauan di pagi hari. Letak rumahnya juga agak jauh dari tetangga membuat suasana bisa lebih private. Sesampainya disana, setelah istirahat sebentar rupanya istriku dan mertuaku mengajak untuk berbelanja keperluan bulanan. Tetapi aku agak mengantuk, sehingga aku meminta ijin untuk tidak ikut dan untungnya Ema memiliki supir yang dapat dikaryakan untuk sementara. Jadilah aku tidur di kamar tidur tamu di lantai bawah. Kira-kira setengah jam aku mencoba untuk tidur, anehnya mataku tidak juga terpejam, sehingga aku putus asa dan kuputuskan untuk melihat acara TV dahulu. Aku bangkit dan keluar kamar, tetapi aku agak kaget ternyata Ema tidak ikut berbelanja. Ema menggunakan kaus gombrang berwarna putih, lengan model you can see dan dengan panjang kausnya sampai 15cm diatas lutut kakinya yang putih mulus. "Lho..kok nggak ikut ?" tanyaku sambil semilir kuhirup wangi parfum yang dipakainya, harum dan menggairahkan, "Tauk nih..lagi males aja gue.." sahutnya tersenyum dan melirikku sambil membuat sirup orange dingin dimeja makan, "Anto kemana..?" tanyaku lagi tentang suaminya, "Lagi keluar negeri, biasa..urusan kantornya.." sahutnya lagi. Lalu aku menuju kedepan sofa tempat menonton TV kemudian aku asik menonton film di TV. Sementara Ema berlalu menuju tingkat atas (mungkin ke kamarnya).

Sedang asik-asiknya aku nonton, tiba-tiba kudengar Ema memanggilku dari lantai atas; "Di..Adi..", "Yaa.." sahutku, "Kesini sebentar deh Di..", dengan tidak terburu-buru aku naik dan mendapatinya sedang duduk disofa besar untuk 3 orang sambil meminum sirup orangenya dan menghidupkan TV. Dilantai atas juga terdapat ruang keluarga mini yang lumayan tersusun apik dengan lantainya dilapisi karpet tebal dan empuk, dan hanya ada 1 buah sofa besar yang sedang diduduki oleh Ema. "Ada apa neng..?" kataku bercanda setelah aku sampai diatas dan langsung duduk di sofa bersamanya, aku diujung kiri dekat tangga dan Ema diujung kanan. "Rese luh..sini temenin gue ngobrol ama curhat" katanya, "Curhat apaan?", "Apa! ajalah, yang penting gue ada temen ngobrol" katanya lagi. Maka, selama sejam lebih aku ngobrol tentang apa saja dan mendengarkan curhat tentang suaminya. Baru aku tahu, bahwa Ema sebenarnya "bete" berat dengan suaminya, karena sejak menikah sering ditinggal pergi lama oleh suaminya, sering lebih dari sebulan ditinggal. "Kebayangkan gue kayak gemana ? Kamu mau nggak temenin aku sekarang ini ?" tanyanya sambil menggeser duduknya mendekatiku setelah gelasnya diletakan dimeja sampingnya. Aku bisa menebak apa yang ada dipikiran dan yang diinginkannya saat ini. "Kan gue sekarang lagi nemenin.." jawabku lagi sambil membenahi posisi dudukku agar lebih nyaman dan agak serong menghadap Ema. Ema makin mendekat ke posisi dudukku. Setelah tidak ada jarak duduk denganku lagi, Ema mulai membelai rambutku dengan tangan kirinya sambil bertanya "Mau..?", aku diam saja sambil tersenyum dan memandang matanya yang mulai sayu menahan sesuatu yang bergolak. "Bagaemana dengan orang-orang rumah lainnya (pembantu-pembantunya) dan gemana kalau mendadak istriku dan nyokap pulang ?" tanyaku, "Mereka tidak akan datang kalau aku nggak panggil dan maknyak bisa berjam-jam kalau belanja." jawabnya semakin dekat ke wajahku.

Sedetik kemudian tangan kirinya telah dilingkarkan dileherku dan tangan kanannya telah membelai pipi kiriku dengan wajah yang begitu dekat di wajahku diiringi nafas harumnya yang sudah mendengus pelan tetapi tidak beraturan menerpa wajahku. Tanpa pikir panjang lagi, tangan kananku kuselipkan diantara lehernya yang jenjang dan rambutnya yang hitam sebahu, kutarik kepalanya dan kucium bibir merah mudanya yang mungil. Tangan kiriku yang tadinya diam saja mulai bergerak secara halus membelai-belai dipinggang kanannya."Mmhh..mmhh.." nafas Ema mulai memburu dan mendengus-dengus, kami mulai saling melumat bibir dan mulai melakukan French kiss, bibir kami saling menghisap dan menyedot lidah kami yang agak basah, very hot French kiss ini berlangsung dengan dengusan nafas kami yang terus memburu, aku mulai menciumi dagunya, pipinya, kujilati telinganya sebentar, menuju belakang telinganya, kemudian bibir dan lidahku turun menuju lehernya, kuciumi dan kujilati lehernya, "hhnngg.. Ahhdhii.. oohh.. honeey.. enngghh" desahnya sambil memejamkan matanya menikmati permainan bibir dan lidahku di leher jenjangnya yang putih dan kedua tangannya merengkuh kepalaku, sementara kepala Ema bergerak kekiri dan kekanan menikmati kecupan-kecupan serta jilatan di lehernya.

Tangan kiriku yang awalnya hanya membelai pinggangnya, kemudian turun membelai dan mengusap-usap beberapa saat dipaha kanannya yang putih, mulus dan halus untuk kemudian mulai menyelusup kedalam kaus gombrongnya menuju buah dadanya. Aku agak terkejut merasakan buah dadanya yang agak besar, bulat dan masih kencang, padahal setahuku Ema memberikan ASI ke anak tunggalnya selama setahun lebih. Tanganku bergerak nakal membelai dan meremas-remas lembut dengan sedikit meremas pinggiran bawah buah dada kanannya. "Buah dadamu masih kencang dan kenyal neng." kataku sambil kulepas permainan dilehernya dan memandang wajahnya yang manis dan agak bersemu merah tanpa kusudahi remasan tanganku di buah dada kanannya. "Kamu suka yaa.." sahutnya sambil tersenyum dan aku mengangguk. "Terusin dong.." pintanya manja sambil kembali kami berciuman dengan bergairah. "Mmhh.. mmhh.. ssrrp.. ssrrp.." ciuman maut kami beradu kembali. Tangan kiriku tetap menjalankan tugasnya, dengan lembut membelai, meremas, dan memuntir putingnya yang mengeras kenyal.

Tangan kanan Ema yang tadinya berada dikepalaku, sudah turun membelai tonjolan selangkanganku yang masih terbungkus celana katun. Ema menggosok-gosokkan tangan kanannya secara berirama sehingga membuat aku makin terangsang dan penisku makin mengeras dibuatnya. Nafas kami terus memburu diselingi desahan-desahan kecil Ema yang menikmati foreplay ini. Masih dengan posisi miring, tangan kiriku menghentikan pekerjaan meremas buah dadanya untuk turun gunung menuju keselangkangannya. Ema mulai menggeser kaki kanannya untuk meloloskan tangan nakalku menuju sasarannya. Aku mulai meraba-raba CD yang menutup vaginanya yang kurasakan sudah lembab dan basah. Perlahan kugesek-gesekkan jari jemariku sementara Ema pasrah merintih-rintih dan mendesah-desah menikmati permainan jemariku dan pagutan-pagutan kecil bibirku serta jilatan-jilatan lidahku dilehernya yang jenjang dan halus diiringi desehan dan rintihannya berulang-ulang. Pinggulnya diangkat-angkat seperti memohon jemariku untuk masuk kedalam CD-nya meningkatkan finger play ku. Tanpa menunggu, jariku bergerak membuka ikatan kanan CD-nya dan mulai membelai rambut kemaluannya yang lembut dan agak jarang. Jari tengahku sengaja kuangkat dahulu untuk sedikit menunda sentuhan di labia mayoranya, sementara ! jari telunjuk dan jari manisku yang bekerja menggesek-gesekkan dan agak kujepit-jepit pinggiran bibir vaginanya dengan lembut dan penuh perasaan.

Sementara Ema memejamkan matanya dan dari bibir mungilnya mengeluarkan rintihan-rintihan juga desahan-desahan berkali-kali. Kemudian jari tengahku mulai turun dan kugesek-gesekkan untuk membelah bibir kemaluannya yang kurasa sudah basah. Berkali-kali kugesek-gesek dengan sisi dalam jari tengahku, kemudian mulai kutekuk dan kugaruk-garuk jari tengahku agak dalam di bibir vaginanya yang kenyal, lembut dan bersih. Sementara Ema makin merintih-rintih dan mendesah-desah sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan naik turun kekiri dan kekanan "Ouuhh.. hemmhh.. sshh.. aahh.. Dhii.. eehhnakh.. honey.. oohh... ..sshh.." rintih dan desahannya berkali-kali. Finger play ini kusertai dengan ciuman-ciuman di leher dan bibirnya serta sambil kami saling menyedot lidah. Setelah puas dengan posisi miring, kemudian aku agak mendorong tubuhnya untuk duduk dengan posisi selonjor santai, sementara aku berdiri dikarpet dengan dengkulku menghadapnya, Ema agak terdiam dengan nafasnya memburu, perlahan kubuka kaus gombrongnya, saat itulah aku dapat melihat tubuhnya separuh telanjang, lebih putih dan indah dibandingkan istriku yang berkulit agak kecoklatan, dua bukit kembarnya terlihat bulat membusung padat, sangat indah dengan ukuran 36B, putih, dengan puting merah muda dan sudah mengeras menahan nafsu birahi yang bergejolak.

Sambil tangan kiriku bertopang pada tepian sofa, mulutku mulai menciumi buah dada kanannya dan tangan kananku mulai membelai, menekan, dan meremas-remas buah dada kirinya dengan lembut. "Aahh.. hhnghh.. honeey.. enaak.. bangeet.. terruss.. aahh.. mmnghh.. hihihi.. auhh..adhi.." Ema bergumam tak karuan menikmati permainanku, kedua tangannya meremas dan menarik-narik rambutku. Ema mendesah-desah dan merintih-rintih hebat ketika putingnya kuhisap-hisap dan agak kugigit-gigit kecil sambil tangan kananku meremas buah dada kirinya dan memelintir-pilintir putingnya. Ema sangat menikmati permainanku didadanya bergantian yang kanan dan kiri, hingga dia tak sadar berucap "Adhii.. oohh.. bhuat ahkhuu puas kayak adhikku di hotel dulu.. hhnghh.. mmhh..", ups..aku agak kaget, tanpa berhenti bermain aku berpikir rupanya Ema menguping "malam pertamaku" dulu bersama istriku, memang pada malam itu dan pada ML-ML sebelumnya aku selalu membuat istriku berteriak-teriak menikmati permainan sex-ku. Rupanya..Oke deeh kakak, sekaranglah saat yang sebenarnya juga sudah aku tunggu-tunggu dari dulu. "Adhii.. sekarang dong.. aahh.. akhu sudah nggak tahann.. oohh.." ujarnya, tapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kemulusan dan kehalusan kulit tubuh Ema.

Setelah aku bermain dikedua buah dadanya, menjilat, menghisap, menggigit, meremas dan memelintir, aku jilati seluruh badannya, jalur tengah buah dadanya, perutnya yang ramping, putih dan halus, kugelitik pusarnya yang bersih dengan ujung lidahku, kujilati pinggangnya, "Aduuh.. geli dong sayang.. uuhh..", kemudian aku menuju ke kedua pahanya yang putih mulus, kujilati dan kuciumi sepuasnya "Aahh.. ayo dong sayang.. kamu kok nakal sihh.. aahh..", sampailah aku di selangkangannya, Ema memakai CD transparan berwarna merah muda yang terbuat dari sutra lembut, dan kulihat sudah sangat basah oleh pelumas vaginanya. "Sayang.. kamu mau ngapain?" tanyanya sambil melongokkan kepalanya kebawah kearahku. Aku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku kearahnya nakal. Dengan mudah CD-nya kubuka ikatan sebelah kirinya setelah ikatan kanan telah terbuka, sekarang tubuh Ema sudah polos tanpa sehelai benangpun menghalangi, kemudian aku buka kedua kakinya dan kulihat pemandangan surga dunia yang sangat indah.

Bibir vaginanya sangat bersih dan berwarna agak merah muda dengan belahan berwarna merah dan sangat bagus (mungkin jarang digunakan oleh suaminya) meskipun sudah melahirkan satu orang anak, dan diatasnya dihiasi bulu-bulu halus dan rapi yang tidak begitu lebat. "Oohh.. Ema.. bersih dan merah banget.." ujarku memuji, "hihihi.. suka ya..?" tanyanya, tanpa kujawab lidahku langsung bermain dengan vaginanya, kujilati seluruh bibir vaginanya berkali-kali up and down, tubuh Ema mengejang-ngejang "Aahh..aahh..dhhii..oohh..eenak adhii..aahh..Anto nggak pernah mau begini..mmhh.." lidahku mulai menjilati bibir vaginanya turun naik dan menjilati labia mayoranya dengan ujung! lidahku. Ema menggeliat-geliat, mendesah-desah, dan melenguh-lenguh, aku menjilati vaginanya sambil kedua tanganku meremas-remas kedua buah dadanya "Hhnghh.. nngghh.. aahh.. dhii.. honey.." gumamnya sangat menikmati permainan lidah dan bibirku yang menghisap-hisap dan menjilat-jilat klitorisnya berulang-ulang, menghisap-hisap seluruh sudut vaginanya serta lidahku mendesak-desak kedalam liang vaginanya berkali-kali tanpa ampun "Oohhnghh.. dhii.. more.. honey.. more.. ahh..", tangan kananku kemudian turun untuk bergabung dengan bibir dan lidahku di vaginanya, sedikit-sedikit dengan gerakan maju mundur jari tengahku kumasuk-masukkan kedalam lubang vaginanya yang sudah becek, makin lama makin dalam kumasukkan jari tengahku sambil tetap bergerak maju mundur.

Setelah masuk seluruhnya, jari tengahku mulai beraksi menggaruk-garuk seluruh bagian dinding dalam liang surga Ema sambil sesekali kugerakkan ujungnya berputar-putar dan kusentuh-sentuh daerah G-spotnya, Ema meradang dan menggelinjang hebat ketika kusentuh G-spot miliknya. Lidahku tidak berhenti menjilati sambil kuhisap-hisap klitorisnya. Ema berusaha mengimbangi finger playku dengan menggoyang-goyangkan pantatnya naik turun, kekiri dan kekanan dan bibirnya tidak berhenti merintih dan mendesah "Sshh..enghh..uuhh..Adhii..ouuhh..aahh..sshh..enghh.." tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya selain suara rintihan, erangan, lenguhan dan desahan kenikmatan. Sekitar 20 menit kemudian liang vaginanya berkedut-kedut dan menghisap "Oohhnghh.. ahh.. dhii.. akhu.. sham.. oohh.. henghh.. sham.. phaii.. aahh.. honey.. hengnghh ..aa..aa.." Ema berteriak-teriak mencapai klemaksnya sambil menyemburkan cairan kental dari dalam vaginanya yang berdenyut-denyut berkali-kali "serrtt.. serrtt.. serrtt.." kucabut jariku dan aku langsung menghisap cairan yang keluar dari lubang vaginanya sampai habis tak bersisa, tubuhnya mengejang dan menggelinjang hebat disertai rintihan kepuasan, kedua kakinya dirapatkan menjepit kepalaku, dan kedua tangannya menekan kepalaku lebih dalam kearah vaginanya. Kemudian tubuhnya mulai lemas setelah menikmati klemaksnya yang dahsyat "Aahh.. adhii.. eenghh.. huuhh.." vaginanya seperti menghisap-hisap bibirku yang masih menempel dalam dan erat di vaginanya. "Oh.. adi.. kamu gila.. enak banget.. oohh.. lidah dan hisapanmu waow.. tob banget dah.. oohh.." katanya sambil tersenyum puas sekali melihat kearah wajahku yang masih berada diatas vaginanya sambil kujilati klitorisnya disamping itu tanganku tidak berhenti bekerja di buah dada kanannya, "Anto nggak pernah mau oral-in aku..oohh.." dengan selingan suara dan desahannya yang menurutku sangat seksi.
Sambil beranjak duduk, Ema mengangkat kepalaku, dan melumat bibirku "Sekarang gantian aku, kamu sekarang berdiri biar aku yang bekerja, oke ?!?" ujarnya, "Oke honey, jangan kaget ya.." sahutku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku lagi sambil berdiri, sekilas wajahnya agak keheranan tapi Ema langsung bekerja membuka gesperku, kancing dan retsleting celanaku. Ema agak terkejut melihat tonjolah ditengah CD-ku, "Wow..berapa ukurannya Di ?" tanyanya, "Kira-kira aja sendiri.." jawabku sekenanya, tanpa ba bi bu Ema langsung meloloskan CD-ku dan dia agak terbelalak dengan kemegahan Patung Liberty-ku dengan helm yang membuntal, "Aww.. gila.. muat nggak nih..?", sebelum aku menjawab lidahnya yang mungil dan agak tajam telah memulai serangannya dengan menjilati seluruh bagian penisku, dari ujung sampai pangkal hingga kedua kantung bijiku dihisap-hisapnya rakus "Sshh.. aahh.. Ema.. sshh.." aku dibuatnya merem melek menikmati jilatannya. "Abis dicukur ya ?" tanyanya sambil terus menjilat, aku hanya tersenyum sambil membelai kepalanya.

Kemudian Ema mulai membuka bibir mungilnya dan mencoba mengulum penisku, "Mm.." gumamnya, penisku mulai masuk seperempat kemulutnya kemudian Ema berhenti dan lidahnya mulai beraksi dibagian bawah penisku sambil menghisap-hisap penisku "Serrp.. serrp.. serrp..", tangan kirinya memegang pantat kananku dan tangan kanannya memilin-milin batang penisku, nikmat sekali rasanya "Aahh.. sshh..." aku menikmati permainannya, lalu mulut mungilnya mulai menelan batang penisku yang tersisa secara perlahan-lahan, kurasa kenikmatan yang amat sangat dan kehangatan rongga mulutnya yang tidak ada taranya saat penisku terbenam seluruhnya didalam mulutnya. Agak nyeri sedikit diujung helmku, tapi itu dikalahkan nikmatnya kuluman bibir iparku ini. Ema mulai memaju mundurkan gerakan kepalanya sambil terus mengulum penisku, "Sshh.. aahh.. enak.. Ema..a hh.. terus .. sayang.. uuhh.." gumamku, lidahnya tidak berhenti bermain pula sehingga aku merasakan goyangan-goyangan kenikmatan dipenisku dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun, nikmat sekali, aku mengikuti irama gerakan maju mundur kepalanya dengan memaju mundurkan pinggulku, kedua tanganku ku benamkan dirambut kepalanya yang kuacak-acak, Ahh nikmat sekali rasanya "Clop.. clop.. clop..". Setelah itu dengan agak membungkukkan posisi tubuhku, tangan kananku mulai mengelus-elus punggungnya sedangkan tangan kiriku mulai meremas-remas buah dada kanannya, kuremas, kuperas, kupijit dan kupuntir puting susunya, desahannya mulai terdengar mengiringi desahan dan rintihanku sambil tetap mengulum, mengocok dan menghisap penisku, "Ema.. mmhh.." rintihku. Mendengar rintihanku, Ema makin mempercepat tempo permainannya, gerakan maju mundur dan jilatan-jilatan lidahnya yang basah makin menggila sambil dihisap dan disedot penisku, dipuntir-puntirnya penisku dengan bibir mungilnya dengan gerakan kepala yang berputar-putar membuat seluruh persendian tubuhku berdesir-desir dan aku merintih tak karuan. "Aahh.. Ema.. oohh.. mmnghh.. gila benerr.. oohh.." Kuluman dan hisapannya tidak berhenti hingga 20 menit, "Gila luh.. 20 menit gue oral kamu nggak klemaks.. sampai pegel mulut gue." katanya sambil berdiri dan melingkarkan kedua tangannya dileherku untuk kemudian kami berciuman sangat panas, Ema sambil berdiri berjinjit karena tinggiku 172 cm, sedangkan dia 160 cm. 5 menit kami menikmati ciuman membara.

Kedua tanganku meremas-remas kedua bongkahan pinggulnya yang bulat dan padat, namun kenyal dan halus kulitnya, lalu aku membopongnya menuju kekamarnya sambil terus berciuman. Sambil merebahkan tubuh mungilnya, kami berdua terus berciuman panas dan tubuh kami rebah dikasur empuknya sambil terus berpelukan. Nafas kami saling memburu deras menikmati tubuh yang sudah bersimbah keringat, berguling kekanan dan kekiri "Mmhh.. mmhh.. serrp.. serrp..", tangan kananku kembali meluncur ke buah dada kirinya, meremas dan memuntir-puntir putingnya, Ema memejamkan mata dan mengernyitkan dahinya menikmati permainan ini sambil bibirnya dan bibirku saling mengulum deras, berpagutan, menghisap lidah, dan dengan nafas saling memburu. Kuciumi kembali lehernya, kiri kanan, Ema mendesah-desah sambil kakinya dilingkarkan dipinggangku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya. Penisku terjepit diantara perutnya dan perutku, dan karena Ema menggoyang-goyangkan pinggulnya, kurasakan gesekan-gesekan nikmat pada penisku, "Aahh..ahh..adi..cumbui aku honey..ahh..puasi aku sayang..ehmm.." Ema mengerang-erang. Aku kembali meluncur ke kedua buah dadanya yang indah dan mulai menjilati, menghisap, menggigit-gigit kecil, meremas, dan memilin puting susunya yang sudah mengeras "Ahh.. terus honey.. oohh.. sshh..", setelah puas bermain dengan kedua buah dada indahnya, aku menuruni tubuhnya untuk melumat vaginanya, kujilati semua sudutnya, up and down, kuhisap-hisap klitorisnya dan kujilat-jilat, kuhisap-hisap lubang vagina dan klitorisnya sepuas-puasnya "Oohh.. oohh.. sshh.. aahh.. honey.. kham.. muu.. nakhal.. oohh.. nakhaal.. banget sihh.. henghh.. oohh.. emmhh.." desahan demi desahan diiringi tubuhnya yang menggelinjang dan berkelojotan, vaginanya terasa makin basah dan lembab, "Aaahh..dhhii..oohh.." vaginanya mulai mengempot-empot sebagai tanda hampir mencapai klemaks, sementara penisku sudah mengeras menunggu giliran untuk menyerang.

Aku melepas jilatan dan hisapanku di vaginanya untuk kemudian bergerak keatas kearah wajahnya yang manis, kulihat Ema mengigit bibir bawahnya dengan dahinya yang mengerenyit serta nafasnya yang memburu ketika ujung penisku bermain di bibir vaginanya up and down "Mmhh.. adi.. ayo dong.. aku udah nggak tahan nihh.. oohh.. jangan nakal gitu dong.. aahh.." Ema menikmati sentuhan binal ujung penisku dibibir vaginanya "Okhe.. honey.. siap-siap yaa.." kataku juga menahan birahi yang sudah memuncak. Perlahan kuturunkan penisku menghunjam ke vaginanya "Enghh.. aahh.. adi.. oohh.. do it honey.. oohh.." desahnya, Vaginanya agak sempit dan kurasakan agak kempot kedalam menahan hunjaman penisku. "Slepp.." baru kepala penisku yang masuk, Ema berteriak "Enghh.. aahh.. enak sayang.. sshh.. oohh.." sambil mencengkeram bahuku seperti ingin membenamkan kuku-kuku jarinya kekulitku "Ayo adi.. aahh.. terusss honey.. aahh.. aahh.." vaginanya kembali mengempot-empot dan menghisap-hisap penisku tanda awal menuju klemaks "Ahh.. Ema.. enak banget..itu mu.. ahh.." aku menikmati hisapan vaginanya yang menghisap-hisap kepala penisku. Tidak berapa lama kemudian Ema kembali berteriak "Aadii.. aahh.. khuu.. aahh.. aahh.. oohh.." Ema kembali berteriak dan merintih mencapai klemaksnya dimana baru kepala penisku saja yang masuk. Aku geregetan, sudah dua kali Ema mencapai klemaks sedangkan aku belum sama sekali, begitu Ema sedang menikmati klemaksnya, aku langsung menghunjamkan seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya "Sloop..sloop..sloopp.." dengan gerakan turun naik yang berirama "Aahh.. aahh.. hemnghh.. oohh.. aahh.. dhii.. aahh.. aahh.. ehh.. nhak ..sha..yang.. enghh..oohh.." Ema mendesah-desah dan berteriak-teriak merasakan nikmatnya rojokan penisku di liang vaginanya yang sempit dan agak peret.

Aku terus menaik turunkan penisku dan menghunjam-hunjamkan keliang vaginanya, sementara Ema makin melenguh, mendesah dan merintih-rintih merasakan gesekan-gesekan batang penisku dan garukan-garukan kepala penisku didalam liang vaginanya yang basah dan kurasakan sangat nikmat, seperti menghisap dan memilin-milin penisku. Suara rintihan dan desahan Ema semakin keras kudengar memenuhi ruang kamarnya sementara deru nafas kami semakin! memburu, dan akhirnya "Aahh.. dhii..ahh.. khuu.. sam..phai.. lhaa..ghii.. aahh..aahh.. aahh.." jeritnya terputus-putus mencapai kenikmatan ketiganya, aku masih belum puas, kutarik kedua tangannya dan aku menjatuhkan diri kebelakang sehingga posisinya sekarang Ema berada diatasku. Setelah kami beradu pandang dan berciuman mesra sesaat, Ema mulai memaju mundurkan dan memutar pinggulnya, memelintir penisku didalam liang vaginanya, gerakan-gerakannya berirama dan semakin cepat diiringi suara rintihan dan desahan kami berdua, "Aahh.. Ema.. oohh.. enak banget..aahh.." aku menikmati gerakan binalnya, sementara kedua tanganku kembali meremas kedua buah dadanya yang menjadi idolaku dan jemariku memilin puting-putingnya "Aahh.. hemhh.. oohh.. nghh.. " teriakannya kembali menggema keseluruh ruangan kamar, "Tahan.. dhulu.. aahh.. tahan.." sahutku terbata menikmati gesekan vaginanya di penisku, "Enghh.. akhu.. nggak khuat.. oohh.. honey.. aahh.." balasnya sambil mengelinjang-gelinjang hebat dengan vaginanya yang sudah mengempot-empot "Seerrt.. seerrt.. seerrt.." Ema mengeluarkan banyak cairan dari dalam vaginanya dan aku merasakan hangatnya cairan tersebut diseluruh batang penisku, tubuhnya mengigil disertai vaginanya berdenyut-denyut hebat dan kemudian Ema ambruk dipelukanku kelelahan "Oohh.. adhi.. hhhh.. mmhh.. hahh..enak banget sayang.. oohh.. mmhh.." bibirnya kembali melumat bibirku sambil menikmati klemaksnya yang keempat, sementara penisku masih bersarang berdenyut-denyut perkasa didalam vaginanya yang sangat basah oleh cairan kenikmatan dari vagina miliknya yang masih berdenyut-denyut dan menghisap-hisap penisku.

Kami terdiam sesaat, kemudian "Aku haus banget sayang, aku minum dulu yaa..boleh ?" pintanya memecah kesunyian masih berpelukan erat sambil kubelai-belai punggungnya dengan tangan kiriku dan agak kuremas-remas pantatnya dengan tangan kananku, "Boleh, tapi jangan lama-lama ya, aku belum apa-apa nih.." ujarku jahil sambil tersenyum. Sambil mencubit pinggangku Ema melepas pelukannya, melepas penisku yang bersarang di liang vaginanya "Plop.." sambil memejamkan matanya menikmati sensasi pergeseran penisku dan didinding-dinding vaginanya yang memisah untuk kemudian berdiri dan berjalan keluar kamar mengambil sirup orange dimeja samping sofa. Kemudian Ema berjalan kembali memasuki kamar sambil minum dan menawarkannya padaku. Aku meneguknya sedikit sambil mengawasi Ema berjalan menuju kamar mandi dalam kamarnya yang besar. Indah sekali pemandangan tubuhnya dari belakang, putih mulus dan tanpa cacat. Ema masuk kekamar mandi, sejenak kuikuti dia, kulihat Ema sedang membasuh tubuh indahnya yang berkeringat dengan handuk "Kenapa ? Udah nggak sabar ya ?" tanyanya sambil melirikku dan tersenyum menggoda.

Tanpa basa-basi kuhampiri Ema, kupeluk dari belakang dan kuciumi tengkuknya, pundaknya dan lehernya. Sementara kedua tanganku bergerilya membelai kulit tubuhnya yang halus. "Aahh..beneran nggak sabar..hihihi.." ucapnya "Emang..abis upacaranya banyak amat.". Sambil tetap membelakanginya, tangan kananku mulai menuju kebuah dada kanan dan kirinya lagi, dengan posisi tangan kananku yang melingkar di dadanya dua bukit bulat nan iiindah miliknya kugapai, sementara tangan kiriku mulai menuju ke vaginanya. "Hemhh..sshh..aahh..enghh.." desahannya mulai terdengar lagi setelah jari tengah tangan kiriku bermain di klitorisnya, sesekali kumasukkan dan kukeluarkan jari tengahku kedalam liang vaginanya yang mulai basah! dan lembab serta tak ketinggalan tangan kananku meremas-remas buah dada kanan dan kirinya. Kedua kakinya agak diregangkan sehingga memudahkan jemari tangan kiriku bergerak bebas meng-eksplorasi vaginanya dan bibir serta lidahku tidak berhenti mencium juga menjilat seluruh tengkuk, leher dan pundaknya kiri dan kanan, sementara tangan kanannya menggapai dan membelai-belai rambutku serta tangan kirinya membelai-belai tangan kiriku. "Ahh.. adhhii.. sshh.. mmhh..enak sayang..enghh..enaakhh..", kurasakan vagina mulai berdenyut-denyut, lalu agak kudorong punggungnya kedepan, kedua tangannya menjejak washtaffel didepannya, kemudian pinggulnya agak kutarik kebelakang serta pinggangnya agak kutekan sedikit kebawah. Setelah itu kudorong penisku membelah kedua vaginanya dari belakang "Srreepp.." aku tidak mau tanggung-tanggung kali ini, kujebloskan seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya "Oouhh.. aahh.. adhhii.. oohh.." teriaknya berkali-kali seiring dengan hunjaman-hunjaman penisku, tangan kiriku mencengkeram pinggang kirinya sedangkan tangan kananku meremas-remas buah dada kanannya yang sudah sangat keras dan kenyal "Aahh.. adhii.. aahh.. harder.. aahh.. harder honey..aahh.." pintanya sehingga gerakan maju mundurku makin beringas "Pook.. pook.. pook.." bunyi benturan tubuhku dibokongnya. Beberapa lama! kemudian liang vaginanya mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap kembali dan aku tak kuasa menahan rintihan-rintihan bersamaan dengan rintihannya "Ema.. aahh.. enak shay.. hemnghh.." "Aahh.. akhuu.. aahh.. sham.. phai.. aahh..", "Tahan.. dulu.. sha.. yang..hhuuh.." ujarku sambil terus menghunjam-hunjamkam penisku beringas karena aku juga mulai merasakan hal yang sama, "Aahh.. akhuu.. nggak.. kuat.. aahh.. AAHH.." "Seerrt..seerrt..seerrt.." kembali Ema mencapai klemaks dan menyemburkan cairan kental tubuhnya, berkali-kali, aku nggak peduli dan tetap ku genjot maju mundur penisku ke dalam vaginanya yang sudah sangat becek.

Kurasakan penisku seperti disedot-sedot dan dipuntir-puntir di dalam vaginanya yang sudah bereaksi terhadap orgasmenya. Akhirnya mengalirlah lava panas dari dalam tubuhku melewati batang penisku kemudian ke ujungnya lantas memuncratkan sperma hangatku ke dalam vaginanya yang hangat "Aahh..." kami mendesah lega setelah sedari tadi! berpacu mencapai kenikmatan yang amat sangat. Tubuh Ema mengigil menikmati sensasi yang baru saja dilaluinya untuk kemudian kembali mengendur meskipun vaginanya masih mengempot dan menghisap-hisap, aku diam dan kubiarkan Ema menikmati sensasi kenikmatan klemaksnya. "Ahh.. punyamu enak ya Ema.. bisa ngempot-ngempot gini.."ujarku memuji, "Enak mana sama punya adikku ?" tanyanya sambil menghadapkan kearah wajahku dibelakangnya dan tersenyum "Punyamu..hisapannya lebih hebat..mmhh.." kucium mesra bibirnya dan Ema memejamkan matanya. Kemudian kucabut penisku "Ploop.." "Aahh.." Ema agak menjerit, dan cepat kugandeng tangannya keluar dari kamar mandi dan kembali ketempat tidur. Setelah Ema merebahkan dirinya terlentang di tempat tidur, aku berada diatasnya sambil kuciumi dan kulumat bibir mungilnya "Mmhh..mmhh.." tangan kanannya meremas-remas penisku yang masih saja gagah setelah 2 jam bertempur "Kamu hebat Di, udah 2 jam masih keras aja.. dan kamu bener-bener bikin aku puas." puji Ema, "Sekali lagi yaa, yang ini gong nya, aku bikin kamu puas dan nggak akan ngelupain aku selamanya, oke ?!" balasku, sambil berkata aku mulai menggeser tubuhku dan mengangkanginya, kemudian tanganku menuntun penisku memasuki liang vaginanya menuju pertempuran terakhir pada hari itu. "Sleepp.." "Auuwhh.." Ema agak menjerit. Perlahan tapi mantap kudorong penisku, sambil terus kutatap wajah manis iparku ini, Ema merem melek, mengernyitkan dahinya, dan menggigit bibir bawahnya dengan nafas memburu menahan kenikmatan yang amat sangat didinding-dinding vaginanya yang becek "Hehhnghh.. engghh.. aahh.." gerangnya.

Aku mulai memaju mundurkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan makin lama makin cepat, makin cepat, dan makin cepat, sementara Ema yang berada dibawahku mulai melingkarkan kedua kaki indahnya kepinggangku dan kedua tangannya memegang kedua tanganku yang sedang menyangga tubuhku, Ema mengerang-erang, mendesah-desah dan melenguh-lenguh "Aahh.... oohh.. sshh.. teruss.. honey.. oohh..", sementara akupun terbawa suasana dengusan nafas kami berdua yang memburu dengan menyertainya mendesah, mengerang, dan melenguh bersamanya "Enghh.. Emaa.. oohh.. ennakh.. sayang..?" tanyaku "He-eh.. enghh.. aahh.. enghh.. enakhh.. banghethh.. dhii... aahh.." lenguhannya kadang meninggi disertai jeritan-jeritan kecil dari bibir mungilnya "Oohh.. adhii.. oohh.. enghh.." tubuhnya mulai bergelinjangan dan berkelojotan, matanya mulai dipejamkan, jepitan kaki-kakinya mulai mengetat dipinggangku, kami terus memacu irama persetubuhan kami, aku yang bergerak turun naik memompa dan merojok-rojok batang penisku kedalam liang vaginanya diimbangi gerakan memutar-mutar pinggul Ema yang menimbulkan sensasi memilin-milin di batang penisku, nikmat sekali.

Kulepas pelukanku untuk kemudian aku merubah posisiku yang tadinya menidurinya ke posisi duduk, kuangkat kedua kaki Ema yang indah dengan kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar untuk kembali kupompa batang penisku kedalam liang vaginanya yang makin basah dan makin menghisap-hisap "Enghh.. Adhii.. oohh.. shaa.. yang.. aahh.." kedua tangan Ema meremas erat bantal dibawah kepalanya yang menengadah keatas disertai rintihan, teriakan, desahan dan lenguhan dari bibir mungilnya yang tidak berhenti. Kepalanya terangguk-angguk dan badannya terguncang-guncang mengimbangi gerakan tubuhku yang makin beringas. Kemudian aku mengubah posisi kedua kaki Ema untuk bersandar dipundakku, sementara agak kudorong tubuhku kedepan, kedua tanganku serta merta bergerak kekedua buah dadanya untuk meremas-remas yang bulat membusung dan memuntir-puntir puting susunya kenyal dan mengeras tanpa kuhentikan penetrasi penisku kedalam liang vaginanya yang hangat dan basah. Ema tidak berhenti merintih dan mendesah sambil dahinya mengernyit menahan klemaksnya agar kami lebih lama menikmati permainan yang makin lama semakin nikmat dan membawa kami melayang jauh. "Oohh.. Ahh.. Dhii.. enghh.. ehn.. nnakhh.." desahan dan rintihan Ema menikmati gesekan-gesekan batang penis dan rojokan-rojokan kepala penisku berirama merangsangku untuk makin memacu pompaanku, nafas kami saling memburu.

Setelah mulai kurasakan ada desakan dari dalam tubuhku untuk menuju penisku, aku merubah posisi lagi untuk kedua tanganku bersangga pada siku-siku tanganku dan membelai-belai rambutnya yang sudah basah oleh kucuran keringat dari kulit kepalanya. Sambil aku merapatkan tubuhku diatas tubuh Ema, kedua kaki Ema mulai menjepit pinggangku lagi untuk memudahkan kami melakukan very deep penetration, rintihan dan desahan nafasnya yang memburu masih terdengar meskipun kami sambil berciuman Mmnghh.. mmhh.. oohh.. ahh.. Dhii.. mmhh.. enghh.. aahh.." "Oohh.. Emaa.. enghh.. khalau.. mau sampai.. oohh.. bhilang.. ya.. sha.. yang..enghh..aahh.." ujarku meracau "Iyaa.. honey..oohh..aahh.." tubuh kami berdua makin berkeringat, dan rambut kami juga tambah acak-acakan, sesekali kami saling melumat bibir dengan permainan lidah yang panas disertai gerakan maju mundur pinggulku yang diimbangi gerakan memutar, kekanan dan kekiri pinggul Ema. "Oohh.. dhii.. oohh.. uu.. dhahh.. belomm.. engghh.. akhu.. udahh.. nggak khuat..niihh,," erangan-erangan kenikmatan Ema disertai tubuhnya yang makin menggelinjang hebat dan liang vaginanya yang mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap hampir mencapai klemaksnya "Dhikit.. laghi.. sayang.. oohh.." sambutku karena penisku juga sudah mulai berdenyut-denyut "Aahh.. aa.. dhii.. noww..oohh.. enghh..aahh" jeritnya "Yeeaa.. aahh.." jeritanku mengiringi jeritan Ema, akhirnya kami mencapai klemaks bersamaan, "Srreett.. crreett.. srreett.. crreett.." kami secara bersamaan dan bergantian memuntahkan cairan kenikmatan berkali-kali sambil mengerang-erang dan mendesah desah, kami berpelukan sangat erat, aku menekan pinggulku dan menancapkan penisku sedalam-dalamnya ke dalam liang vag! ina Ema, sementara Ema membelit pinggangku dengan kedua kaki indahnya dan memelukku erat sekali seakan tak ingin dilepaskan lagi sambil kuciumi lehernya dan bibir kami juga saling berciuman.

Nikmat yang kami reguk sangatlah dahsyat dan sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sementara kami masih saling berpelukan erat, vagina Ema masih mengempot-empot dan menghisap-hisap habis cairan spermaku seakan menelannya sampai habis, dan penisku masih berdenyut-denyut didalamnya,dan kemudian secara perlahan tubuh kami mengendur saling meregang, dan akupun jatuh tergulir disamping kanannya.

Sesaat rebah berdiam diri bersebelahan, Ema kemudian merebahkan kepalanya dipundak kiriku sambil terengah-engah kelelahan dan mencoba mengatur nafasnya setelah menikmati permainan surga dunia kami. Kulit tubuhnya yang putih dan halus berkeringat bersentuhan dengan kulitku yang berkeringat, Ema memelukku mesra, dan tangan kiriku membelai rambut dan pundaknya. "Adi.. kamu hebat banget, gue sampai puas banget sore ini, klemaks yang gue rasakan beberapa kali belum pernah gue alamin sebelumnya, hemmhh.." Ema berkata sambil menghela nafas panjang "Ma kasih ya sayang.. thank you banget.." ujarnya lagi sambil kami berciuman mesra sekali seakan tak ingin diakhiri. Tak terasa kami sudah mereguk kenikmatan berdua lebih dari 4 jam lamanya dan hari sudah menjelang sore. Setelah puas berciuman dan bermesraan, kami berdua menuju kamar mandi untuk membasuh keringat yang membasahi tubuh kami, kami saling membasuh dan membelai tak lupa diselingi ciuman-ciuman kecil yang mesra. Setelah selesai kami berpakaian dan menuju lantai bawah ke ruang tengah untuk menonton TV dan menunggu istri dan mertuaku serta anaknya pulang dari kegiatan masing-masing. Sambil menunggu kami masih saling berciuman menikmati waktu yang tersisa, Ema berucap padaku "Adi..kalo gue telpon, kamu mau dateng untuk temenin gue ya sayang.." "Pasti !" jawabku, lalu kami kembali berciuman. Sejak kejadian itu, tiap kali Anto (suaminya) tidak di Bandung, paling tidak seminggu 2 kali aku pasti datang kerumah Ema iparku itu untuk mereguk kenikmatan berdua hingga larut malam dengan alasan pada istriku lembur atau ada rapat dikantor, dan sebulan sekali aku pasti menghabiskan weekendku merengkuh kenikmatan langit ketujuh berdua Ema.


TAMAT

0 komentar:

 

blogger templates | Make Money Online